Monday, January 8, 2018

Review Buku "Ca Bau Kan: Hanya Sebuah Dosa"




Judul : Ca Bau Kan: Hanya Sebuah Dosa
Penulis : Remy Sylado
Penerbit : KPG
Tahun : 1999 (Cetakan Pertama)


Dimulai dari Geraldine, seorang warga Belanda yang ‘pulang’ ke Indonesia untuk mencari riwayat orang tuanya. Ayahnya adalah Tan Pen Liang, seorang warga keturunan Tionghoa, sedang ibunya adalah Nur Hayati alias Tinung, warga Betawi asli. Cerita kemudian mundur kembali pada tahun 1930-an ketika Tan Pen Liang dan Tinung baru berkenalan dan berbagai macam konflik yang menerpa mereka. Cerita tidak hanya berkutat soal Tan Pen Liang dan Tinung saja, tetapi ada tentang perselisihan antar pengusaha Tiongkok di tanah air, praktek korupsi pada jaman kolonial Belanda, sampai pergerakan menuju kemerdekaan dan perkembangan kehidupan warga Tionghoa pasca kemerdekaan republik.

Novel ini kental dengan budaya-budaya warga Tionghoa di tanah air, mulai dari bagaimana mereka melaksanakan perkawinan, apa yang diperbuat ketika ada sanak keluarga yang meninggal dan perayaan-perayaan seperti Peh Cun, dan Sin Cia atau tahun baru Imlek. Melalui novel ini pula kita mengerti bahwa tidak sedikit warga keturunan Tionghoa yang berjasa dan ikut berjuang memerdekakan Indonesia. Yang menarik, saya baru tahu kalau dialek dan logat medok Jawa-Cina yang biasa saya dengar diucapkan oleh ‘Cino Suroboyo’ sebenarnya sudah ada sejak ratusan lalu seperti kalau mengucapkan “nggak bisa” menjadi “ndak isa”, “di mana” menjadi “deh mana”, “cantik” menjadi “ciamik”, tambahan “o” di akhir kata kerja yang bermakna bersegeralah, seperti “makan-o” yang berarti segeralah makan, sisipan “thak” untuk menyatakan sesuatu yang akan dilakukan, dan banyak lagi lainnya.

Novel ditulis dengan bab-bab yang tidak terlalu panjang, karena memang awalnya dulu dimuat di koran Republika secara serial. Meskipun banyak sekali karakter yang diciptakan Remy Sylado dan kebanyakan bernama Cina sehingga bagi kita yang awam akan kesulitan menghapal, namun cerita dibuat mengalir dan sangat enak diikuti. Bagi yang menyukai sejarah, belajar sejarah melalui novel tentu pilihan yang tidak mungkin ditolak, jika pada Bumi Manusia-nya Pramoedya Ananta Toer kita diajak menyusuri Surabaya di awal abad 20, di Ca Bau Kan kita berjalan-jalan di Batavia tempo dulu, termasuk Kali Jodo yang memang kondang sebagai tempat transaksi birahi sampai ditutup dan sempat ramai beberapa waktu yang lalu.

No comments:

Post a Comment