Monday, July 2, 2018

Setengah Empat Pagi


Setengah empat pagi. Lobby hotel sudah sepi, hanya terlihat seorang petugas resepsionis yang berjaga. 

Saya baru menekan tombol angka lantai tempat kamar ketika terdengar suara seseorang berlari-lari kecil menyongsong lift yang mulai menutup. Tepat waktu dia menahan pintu sehingga terbuka kembali.  Seorang lelaki dan perempuan. Kelihatannya si lelaki sedang mabuk berat, jalannya  sempoyongan dan menguarkan bau alkohol, sedang si perempuan terlihat agak gelisah.


Lift naik perlahan-lahan.

“Tadi lupa nggak ke Indomaret”, si perempuan tiba-tiba memecah keheningan.

“Mau beli, apa?”, sahut si laki-laki.

Kondom. Mereka pasti lupa beli kondom, pikir saya. Apalagi coba kalau bukan kondom yang menjadi hasil penjumlahan dari: setengah empat pagi, mabuk, dan kamar hotel?

“Lupa mau beli pembalut”, jawab si perempuan dengan agak malu-malu.

Dari pantulan cermin di pintu lift saya bisa melihat perubahan air muka si lelaki menjadi muram. Dia kecewa.


”Ting!!”

Pintu lift terbuka, dengan sedikit permisi agar diberi jalan, saya keluar. Masih ada paling tidak tiga lantai lagi yang akan mereka tandaskan dengan kecanggungan.

Setengah empat lebih empat menit pagi, saya tak bisa menahan untuk tidak menyunggingkan senyum di sepanjang koridor menuju kamar.