Thursday, November 16, 2017

Review Buku "Sunan Ngeloco: Balada Cinta Trijoko & Sundari"





Judul : Sunan Ngeloco: Balada Cinta Trijoko dan Sundari
Penulis : Edi AH Iyubenu
Penerbit : BASABASI
Tahun : 2017



“Telek bebek!” , ”Asu!”, “Cocotmu!”

Jika merasa risih dengan umpatan-umpatan di atas lebih baik urungkan niat membeli atau membaca buku ini karena akan ada lusinan pisuhan-pisuhan lain di sepanjang novel 171 halaman ini. Dan lagi, yang tabu dengan bahasan onani, masturbasi, ya ... segala sesuatu yang ada hubungannya dengan kelamin juga mending menghindari buku ini. Diberi label 18­+, tentu saja ceritanya tidak jauh-jauh dengan alat vital dan sekitarnya.


Bercerita tentang Trijoko, nama aslinya Gunawan Tri Atmojo, yang berusaha mendapatkan cinta Niken, yang kemudian mendapat panggilan Sundari karena alasan yang benar-benar di luar akal. Sundari adalah akronim Sun (dari bahasa Jawa yang artinya cium) Dada Kiri karena payudara kirinya berukuran lebih besar daripada yang kanan. Hubungan percintaan mereka tentu saja tidak mulus, mulai dari fase pedekate sudah banyak tantangan yang dihadapi Trijoko alias Gunawan. Beruntung Trijoko punya teman-teman yang setia membantunya mewujudkan keinginannya berpacaran dengan Niken alias Sundari. Klise memang, namun tidak seperti kebanyakan novel romansa picisan, akan ada banyak kekonyolan-kekonyolan sepanjang cerita.


Novel ini sebenarnya diangkat dari gabungan cerpen-cerpen di buku kumpulan cerpen Pelisaurus tulisan Gunawan Tri Atmojo (ya, namanya memang sama dengan tokoh di novel Sunan Ngeloco) yang sudah terbit lebih dahulu, namun membaca Sunan Ngeloco tanpa membaca Pelisaurus dahulu bukanlah suatu masalah besar, Edi AH Iyubenu dengan cerdas bisa menyampaikan ide cerita  tanpa berkurang sedikitpun kadar kelucuannya. Banyaknya peristiwa-peristiwa tak terbayangkan yang diceritakan dengan humor-humor segar beberapa kali membuat saya harus berhenti di tengah-tengah paragraf hanya untuk tertawa. Terakhir, jika anda-anda semua ingin memperkaya khazanah kosa kata umpatan dan teknik mengumpat yang baik dan benar, tentu novel ini patut untuk ditamatkan.



”Kebahagiaan itu seperti sempak yang kamu pakai. Orang lain hanya bisa menebak-nebak model dan warnanya. Tetap hanya kamu, Tuhan, dan pacar ganasssmu yang mengetahui wujud aslinya”

(Sunan Ngeloco, halaman 126)

No comments:

Post a Comment