Judul :
Sunan Ngeloco: Balada Cinta Trijoko dan Sundari
Penulis :
Edi AH Iyubenu
Penerbit :
BASABASI
Tahun :
2017
“Telek bebek!” , ”Asu!”, “Cocotmu!”
Jika merasa risih dengan
umpatan-umpatan di atas lebih baik urungkan niat membeli atau membaca buku ini
karena akan ada lusinan pisuhan-pisuhan lain
di sepanjang novel 171 halaman ini. Dan lagi, yang tabu dengan bahasan onani,
masturbasi, ya ... segala sesuatu yang ada hubungannya dengan kelamin juga
mending menghindari buku ini. Diberi label 18+, tentu saja
ceritanya tidak jauh-jauh dengan alat vital dan sekitarnya.
Bercerita tentang Trijoko, nama
aslinya Gunawan Tri Atmojo, yang berusaha mendapatkan cinta Niken, yang
kemudian mendapat panggilan Sundari karena alasan yang benar-benar di luar
akal. Sundari adalah akronim Sun (dari bahasa Jawa yang artinya cium) Dada Kiri
karena payudara kirinya berukuran lebih besar daripada yang kanan. Hubungan
percintaan mereka tentu saja tidak mulus, mulai dari fase pedekate sudah banyak
tantangan yang dihadapi Trijoko alias Gunawan. Beruntung Trijoko punya
teman-teman yang setia membantunya mewujudkan keinginannya berpacaran dengan Niken
alias Sundari. Klise memang, namun tidak seperti kebanyakan novel romansa
picisan, akan ada banyak kekonyolan-kekonyolan sepanjang cerita.
Novel ini
sebenarnya diangkat dari gabungan cerpen-cerpen di buku kumpulan cerpen Pelisaurus tulisan Gunawan Tri Atmojo
(ya, namanya memang sama dengan tokoh di novel Sunan Ngeloco) yang sudah terbit lebih dahulu, namun membaca Sunan Ngeloco tanpa membaca Pelisaurus
dahulu bukanlah suatu masalah besar, Edi AH Iyubenu dengan cerdas bisa
menyampaikan ide cerita tanpa berkurang
sedikitpun kadar kelucuannya. Banyaknya peristiwa-peristiwa tak terbayangkan
yang diceritakan dengan humor-humor segar beberapa kali membuat saya harus
berhenti di tengah-tengah paragraf hanya untuk tertawa. Terakhir, jika anda-anda semua
ingin memperkaya khazanah kosa kata umpatan dan teknik mengumpat yang baik dan
benar, tentu novel ini patut untuk ditamatkan.
”Kebahagiaan itu seperti sempak yang kamu pakai. Orang lain hanya bisa
menebak-nebak model dan warnanya. Tetap hanya kamu, Tuhan, dan pacar ganasssmu
yang mengetahui wujud aslinya”
(Sunan
Ngeloco, halaman 126)
No comments:
Post a Comment