Judul : Sapiens: Riwayat Singkat Umat Manusia
Penulis : Yuval Noah Harari
Penerbit : KPG
Tahun : 2017
Luar
biasa!! Ini adalah buku non-fiksi terbaik yang pernah saya baca!! Pertama kali
terbit pada tahun 2011 dalam bahasa Israel, dialihbahasakan menjadi bahasa
Inggris pada 2014, akhirnya tahun ini diterjemahkan dalam Bahasa
Indonesia.
Langsung
saja, membaca buku ini kita seperti dihadapkan pada diorama super besar
yang memajang kehidupan manusia mulai dari puluhan ribu tahun lalu ketika
kita, Homo sapiens, masih hidup di sudut timur Afrika, berbagi
tempat di Bumi dengan Homo-Homo lain. Berangsur-angsur Homo-Homo lain punah
lalu kita yang pada awalnya hidup dengan cara berburu dan mengumpulkan mulai
bercocok tanam, mendirikan sistem pemerintahan, mengenal uang, menerapkan
sistem ekonomi, menjelajah dunia baru dan mencipta berbagai macam teknologi
sampai saat ini.
Secara
garis besar penulis membagi menjadi tiga fase perkembangan umat manusia:
Revolusi Kognitif, Revolusi Pertanian, dan Revolusi Sains. Dalam revolusi
kognitif kita belajar berkomunikasi, belajar bersosialisasi, dan belajar
bekerja sama dengan individu lain. Pada masa revolusi pertanian uang mulai
digunakan, kita mendirikan imperium-imperium. Kemudian pada masa revolusi sains
kita bisa meninggalkan jejak di bulan, menciptakan banyak hal yang bahkan tak
pernah terbayangkan oleh nenek moyang kita.
Sepanjang
500 halaman, penulis dengan luar biasa baik menjelaskan yang tiap bab yang
dibagi lagi menjadi beberapa sub-bab. Sangat mudah dipahami bahkan oleh orang
yang awam tentang biologi, paleontologi, sosiologi dan ilmu ekonomi seperti
saya karena selalu disertakan contoh-contoh ringan tapi mengena. Misalnya
ketika menjelaskan tentang 'fiksi korporasi', penulis memberi contoh sebuah
perusahaan mobil Peugeot. Disebut fiksi karena memang secara kasat mata
perusahaan (bukan gedung kantornya ataupun produknya karena meskipun gedung
kantornya runtuh atau semua produknya hancur pun Peugeot masih eksis)
tersebut tidak ada. Peugeot mungkin hanya berupa selembar kertas yang
diterbitkan otoritas tertentu. Sama halnya dengan fiksi agama, fiksi hak asasi
manusia, dan fiksi bangsa yang menurut penulis juga tidak pernah ada tapi
kita Homo sapiens bisa sepakat untuk mempercayainya bahkan
hidup berdasarkan nilai-nilai agama, HAM, dan nasionalisme. Kemudian ada
penjelasaan tentang uang, konsumerisme, sistem kapitalisme dan masih banyak
lainnya. Intinya, penulis menjelaskan dengan detail bagaimana sejarah selama
100.000 tahun kebelakang telah membentuk kita menjadi manusia seperti sekarang.
Sedikit kritik untuk buku ini
hanya pada skeptisme penulis terhadap manusia saat ini yang dianggap sebagai
entitas perusak keseimbangan Bumi dengan bagaimana manusia mengeksploitasi
hewan-hewan ternak demi keuntungan spesies manusia belaka, bagaimana manusia
menyebabkan kepunahan ribuan spesies dan sinisme terhadap agama yang pasti membuat
beberapa pembaca agak gelisah di tempat duduknya.
Pada hampir akhir buku, berisi 'renungan' tentang kebahagiaan. Apakah Homo sapiens saat
ini yang hidup nyaman di rumah hangat bersama keluarga lebih bahagia daripada
leluhur kita yang tiap hari berburu hewan-hewan dan tinggal di gua yang dingin
dan gelap bila malam tiba?
Bagian terkhir diisi dengan apa saja pencapaian manusia di 1-2 abad terakhir dan kemungkinan apa saja yang bisa terjadi jika manusia terus mengembangkan rekayasa genetika, menciptakan organ-organ bionik. Akankah manusia bisa menjadi abadi dan melenyapkan Maut?
Saya
sangat menyarankan bagi siapa saja untuk membaca buku ini karena memang
benar-benar buku yang mencerahkan, buku yang akan menjadikan kita Homo
sapiens seutuhnya, seperti maknanya "manusia yang bijak".
Terakhir,
bicara tentang buku terjemahan tentu tidak lepas dari penerjemahnya. Saya
angkat topi untuk penerjemah buku ini karena bisa mengalihbahasakan dengan
sangat baik, kerap kali saya menemukan buku non-fiksi yang diterjemahkan secara
'sembarangan' sehingga isi buku malah menjadi sangat sulit dipahami.