Seperti yang sudah-sudah, bulan puasa stasiun TV berubah menjadi syariah, penyiar beritanya yang wanita berhijab, yang laki-laki berpeci. Program-programnya pun berubah menjadi Islami. Acara yang ‘kurang’ Islami di primetime digeser jam tayangnya, diganti kultum dan semacamnya. Jelang subuh yang biasanya tidak ada acara diisi dengan program andalan, demi rating.
Nah, ada satu acara yang mengganggu saya, semacam talk-show dengan narasumber para mualaf, orang yang baru masuk Islam. Nggak tahu ya, ini acara khusus Ramadhan apa sudah ada sejak bulan ‘biasa’ kemarin, karena saya jarang nonton TV. Di acara ini, narasumber bercerita bagaimana dia mendapat ‘hidayah’ hingga memutuskan masuk Islam.
Sebenarnya tidak ada masalah sih dengan acara semacam ini. Toh ini juga termasuk syiar Islam. Tapi kok agak nggak fair yah. Dengan model seperti ini kayak menunjukkan kalau keyakinan mereka sebelumnya seolah-olah ‘sesat’. Seakan-akan mereka baru dientas dari lembah hitam kegelapan, disiarkan TV nasional pula!. Sudah jelas kan agama Islam melarang pamer. Kalau selfie saja katanya disebut berpotensi takabbur, ujub, dan riya', apalagi yang seperti ini.
Televisi memakai frekwensi publik, milik orang banyak, yang nonton juga heterogen, terus bagaimana dengan nasib lima agama lainnya, bukankah selain Islam masih ada lima keyakinan lain yang juga diakui oleh negara? Sakit hati nggak mereka yang agamanya ‘dilecehkan’?
Coba posisinya dibalik, bikin acara kesaksian mereka yang pindah agama dari Islam, saya yakin langsung digebukin ramai-ramai itu stasiun TV. Lagian, orang pindah agama kok pake disiarin TV. Buat apa?
Sempat ramai kemarin ketika Lukman Sardi, aktor film itu, pindah dari Islam, bahkan ada yang bilang darahnya halal, dihukum mati saja. Dasarnya hadist nabi yang berbunyi “man baddala dinahu faqtuluhu” yang artinya, “barang siapa pindah agama, maka bunuhlah”. Terlepas dari ternyata hadist itu dla’if (lemah), masak sih Islam seseram itu?
Saya curiga, orang-orang yang marah ketika ada salah seorang pengikut agamanya pindah ke agama lain itu malah mereka sendiri yang sebenernya kurang PeDe dengan apa yang dianutnya. Takut keyakinannya dianggap kalah dan turun nilainya.
Harusnya kalau mereka benar-benar iman, mantap dengan agamanya, mau ribuan orang pindah dari agamanya ya mestinya tenang-tenang saja, tidak perlu merasa insecure.
Terakhir, punya keyakinan itu seperti punya kemaluan. Kalau kita laki-laki ya cukup bertindak, berpakaian layaknya laki-laki. Mau menunjukkan kelelakian kita kan nggak perlu juga sampai melambai-lambaikan penis kita di muka orang.
*terima kasih Sdri. Aura yang sudah membagi idenya.
No comments:
Post a Comment