Hawa panas menyeruak memenuhi kamar ukuran 3x3, aku raja disini. raja dari buku-buku yang berserakan, raja dari gambar-gambar dengan pandangan kosong di dinding kamar, raja dari foto-foto masa kecil, raja dari televisi yang sedang mengoceh soal binatang di channel Badan Geografi Nasional Amerika, raja dari peta ekologi teluk Meksiko dan peta Pulau Jawa, raja dari macam-macam topi yang tergantung tidak rapi, raja dari kaos, flanel, hoodie dan celana yang berbulan-bulan bertengger di belakang pintu, raja dari laptop renta yang lirih mengalunkan beberapa lagu dengan bantuan Winamp 5.551. Paling atas, San Fransisco milik Scott Mckenzy. "If you're going to San Francisco, be sure to wear some flowers in your hair". Serasa terhempas kembali menuju era fashion paling "nyentrik". Ya benar!, tahun 70an, Flower Generation dengan rambut panjang terurai bebas, kaos celup warna warni, wanitanya tanpa bra, barefoot, headband, celana cutbray, Volkswagen Combi dan semangat anti perangnya.
Tersentak oleh "Oh, yeah. There's a red house over yonder". Ini Red House-nya Jimmy Hendrix!. Lagu yang katanya bisa jadi anestesi alami ketika operasi besar. Hmm... mendengar lagu ini seketika seperti kembali ke tahun 30-an. Nuansa gelap, Setelan jas hitam panjang, semua tampak seperti Al Capone. Menghisap dalam-dalam cerutu Kuba, asapnya menari di dinginnya malam kota Chicago. Tommy Gun tak pernah lepas dari genggaman, dengan setumpuk kokain di pojok ruangan. kata Jimmy Hendrix "I have a bad, bad feeling". Memang, tempat ini keras, tak bersahabat.
Berpindah ke Enya dengan Exile. Ahh.. mundur semakin jauh, jatuh di zaman pertengahan."Cold as the northern winds, in December mornings". Landscape eropa abad XII, pemandangan Negeri Dongeng, khas kastil dan naga. Kuda, baju zirah, pedang, perang, perang salib. Dibawah komando Richard I kami bergerak . Demi Gold, Glory, dan Gospel. "I'll find a way home. I will sail home to you." . Pulang.
Tersadar, kembali ke ruangan 3x3 yang pengap. Remang.
No comments:
Post a Comment