Setengah
empat pagi. Lobby hotel sudah sepi,
hanya terlihat seorang petugas resepsionis yang berjaga.
Saya
baru menekan tombol angka lantai tempat kamar ketika terdengar suara seseorang berlari-lari
kecil menyongsong lift yang mulai
menutup. Tepat waktu dia menahan pintu sehingga terbuka kembali. Seorang lelaki dan perempuan. Kelihatannya si
lelaki sedang mabuk berat, jalannya sempoyongan dan menguarkan bau alkohol, sedang
si perempuan terlihat agak gelisah.
Lift naik perlahan-lahan.
“Tadi
lupa nggak ke Indomaret”, si perempuan
tiba-tiba memecah keheningan.
“Mau
beli, apa?”, sahut si laki-laki.
Kondom.
Mereka pasti lupa beli kondom, pikir saya. Apalagi coba kalau bukan kondom yang
menjadi hasil penjumlahan dari: setengah empat pagi, mabuk, dan kamar hotel?
“Lupa
mau beli pembalut”, jawab si perempuan dengan agak malu-malu.
Dari pantulan cermin di pintu lift saya bisa melihat perubahan air
muka si lelaki menjadi muram. Dia kecewa.
”Ting!!”
Pintu
lift terbuka, dengan sedikit permisi
agar diberi jalan, saya keluar. Masih ada paling tidak tiga lantai lagi yang
akan mereka tandaskan dengan kecanggungan.
Setengah
empat lebih empat menit pagi, saya tak bisa menahan untuk tidak menyunggingkan senyum
di sepanjang koridor menuju kamar.