Cukup menarik, menurut saya. Si penulis nampaknya jenuh dengan pergerakan mahasiswa yang sekarang dianggap tidak ada lagi greget-nya. Dia membandingkan dengan berbagai peristiwa yang dilakukan para mahasiswa beberapa dekade yang lalu. Masa-masa pada akhir orde baru dan awal reformasi.
Membaca artikel tadi, saya langsung terbang pada masa ketika OSPEK, tiga tahun lalu. Beberapa orang aktivis, Pembantu Rektor, Dekan, dan masih banyak lagi meng-gembor gembor-kan kalimat: "Mahasiswa adalah agent of change!!", "Mahasiswa adalah agent of control!!", "Mahasiswa adalah agen perubahan!!" pada semua mahasiswa baru. Kami diperintahkan mengepalkan tangan kiri, mengangkatnya tinggi-tinggi ke udara seraya meneriakkan sumpah mahasiswa. Jujur saja, saya merinding waktu itu, merinding karena membayangkan bahwa tugas kita sebagai mahasiswa sangatlah berat. Selain belajar, kita juga harus "mengawal" jalannya negeri ini.
Saya merasa hal-hal khas mahasiswa diatas hanyalah euphoria sesaat. Para mahasiswa merasa jika status "mahasiswa" yang mereka sandang adalah status yang cukup agung di masyarakat. Karena itu, mereka akan berbuat sesuatu yang dianggap bermanfaat, demonstrasi untuk penurunan harga bahan pokok contohnya. Tapi, apa yang terjadi ketika para mahasiswa ini sudah lulus dan hidup mapan?? Apakah mereka akan tetap memperjuangkan keadilan masyarakat seperti ketika masih duduk di bangku kuliah?? Saya rasa jawabannya adalah mayoritas tidak.
Ratusan anggota legislatif kita yang sekarang duduk di kursi empuk dan bermobil mewah juga pernah mahasiswa, kan? Mereka dulu juga aktivis. Mereka dulu juga "doyan" unjuk rasa meneriakkan perubahan. Tapi, apakah mereka sekarang masih punya sikap ke-mahasiswa-an seperti dulu??
*foto diambil ketika penulis mengikuti aksi PERINGATAN 1 TAHUN PEMERINTAHAN SBY-BOEDIONO di depan kantor DPRD GRESIK
*foto diambil ketika penulis mengikuti aksi PERINGATAN 1 TAHUN PEMERINTAHAN SBY-BOEDIONO di depan kantor DPRD GRESIK