Friday, June 26, 2015

Apple-to-Apple

Sedang ramai di televisi pemberitaan tentang Angeline, bocah 8 tahun yang ditemukan dikubur di bawah kandang ayam di rumah ibu tirinya. Disinyalir, Angeline dibunuh oleh pembantu dan ibu tiri Angeline. Berbagai spekulasi tentang motif pembunuhan bermunculan, ada yang bilang karena Angeline bakal mewarisi harta warisan ayah tirinya sehingga ibu dan kakak tirinya berusaha menyingkirkannya. Tapi, semua masih perkiraan. Kita biarkan saja bapak-bapak polisi bekerja menemukan siapa pembunuh Angeline dan latar belakang sebenernya pada kasus yang menghebohkan ini. 

Namun, saya kemarin menemukan meme di facebook yang membandingkan kematian Angeline seorang dengan kematian anak-anak kecil Suriah yang jumlahnya mungkin ribuan.


Tidak ada yang salah memang dengan meme diatas. Namun membandingkan Angeline dengan bocah-bocah Suriah sepertinya kurang pas. Meminjam istilah yang lagi nge-trend saat ini, perbandingannya tidak apple-to-apple, tidak setara. Tunggu dulu, bukannya saya tidak menghargai nyawa anak-anak Suriah, semua nyawa manusia sama, apalagi nyawa anak-anak tidak berdosa, siapapun yang merenggutnya pantas mendapat balasan setimpal. 

Namun, meminjam kalimat meme diatas,  "dunia seakan bersedih (lebay juga sih kalau pakai kata dunia, mestinya cukup Indonesia) kehilangan seorang Angeline", tapi tidak menghujat pembunuh anak-anak Suriah, saya kayaknya kok nggak sreg.

Ini sebenarnya bukan masalah nyawa seorang vs nyawa ribuan orang, ini tentang kedekatan. Kasus Angeline terjadi di Indonesia, dekat sekali dengan kita. Indonesia negara damai, tidak sedang terjadi konflik, tidak ada perang. Artinya, yang terjadi pada Angeline bisa juga terjadi pada sepupu kita, keponakan kita, tetangga kita, atau bahkan anak-anak kita. Oleh sebab itu kita seakan-akan heboh menanggapi kasus Angeline, setiap jam mudah kita temukan perkembangan beritanya. Itu adalah bentuk aware agar hal serupa tidak terjadi dan menimpa orang-orang terdekat kita.
Sedangkan di Suriah, negara tersebut sedang perang, rumah-rumah penduduk dibombardir membabi buta. Ribuan nyawa manusia tak berdosa melayang. Bukan hanya anak-anak, wanita dan orang-orang tua yang sebenarnya tidak tahu menahu tentang apa yang terjadi di negara mereka juga menjadi korban. Jadi, sepertinya 'wajar' kalau ada anak-anak yang meninggal di daerah yang sedang berkonflik. 
Dan satu lagi, kita secara pribadi bisa mencegah kasus Angeline terulang. Misalnya kita bisa jadi lebih peka terhadap perubahan-perubahan perilaku orang terdekat, jika pada sebelumnya seorang anak terlihat ceria dan aktif, namun belakangan terlihat sering murung, kita patut mencari penyebabnya. Sedangkan untuk masalah konflik di Suriah, kita secara pribadi jelas tidak mungkin menghentikan pertikaian yang terjadi disana.

Seorang ustadz pernah bercerita, anak-anak yang belum baligh ketika meninggal akan menjadi wildan, pembawa air minum bagi orang tua mereka yang kepanasan di Padang Mahsyar. Semoga arwah anak-anak ini mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan. Aamiin.